Lihat gadis itu.
Di depan laptop.
Setia menekan aksara.
Untuk menjadi penyembuh jiwa.
Ubat kepada jiwa- jiwa yang luka.
Lihat gadis itu.
Sedang menepuk bahu teman.
Yang sedang sakit jatuh tersungkur.
Dia hulurkan tangan untuk jadi tempat berpaut.
Lihat gadis itu.
Dia muncul lagi.
Membawa cerita lucu.
Yang membuat jiwa-jiwa tersenyum tanpa henti.
Gadis itu.
Dia hadir bila perlu.
Menyembuh luka yang tiada ubat.
Meniup semangat yang tak pernah nampak.
Menyeri hidup yang sedang berperang sendiri.
Satu hari, gadis itu disapa.
“Gadis, kenapa kau selalu kelihatan kuat?”
“Kenapa kau selalu hadir waktu kami sedang kecewa?”
“Kenapa kau selau memberi kami semangat bila kami perlu?”
Jawab gadis.
“Sebab aku tahu perit menjadi lemah.”
“Sebab aku sudah terbiasa dengan rasa kecewa.”
“Sebab aku pernah rasa jatuh tanpa ada yang menyambut.”